Aelita Andre Anak kelahiran Australia ini baru berumur dua tahun sudah menunjukkan kualitasnya sebagai jenius, ia memiliki sebuah gedung pertunjukkan untuk karya-karya abstraknya. Pada mulanya Mark Jamieson, direktur dari Brunswick Street Gallery di Melbourne's Fitzroy.
Tertarik melihat sebuah foto lukisan dari Aelita Andre, dan dia menginginkannya bergabung dalam grupnya karena bakat lukisannya itu. Ketika undangan telah dibuat, ia baru saja menyadari bahwa Aelita adalah anak yang masih berumur 22 bulan. Namun ia tetap melanjutkan pertunjukannya itu.
KISAH ini berawal dari usulan seorang fotografer kepada Direktur Brunswick Street Gallery, Mark Jamieson, agar menyertakan lukisan-lukisan Aelita Andre dalam pameran lukisan yang akan digelar di balai seni Melbourne Fitzroy. Fotografer itu memperlihatkan sejumlah foto lukisan Aelita tanpa menyebut siapa Aelita dan berapa usianya. Melihat foto-foto lukisan itu, Jameison tertarik dan memasukkan nama Aelita sebagai salah satu peserta pameran.
Aelita Andre, kini menjadi buah bibir di Australia, juga kalangan seniman lukis dunia. Pasalnya,karya-karyanya yang brilian yang dianggap melampaui usianya. Bisa jadi dia adalah pelukis termuda di dunia yang telah menggelar pameran, jika prestasinya ini diusulkan ke Guinness World Record.
Kehebohan muncul saat pameran di balai seni Melbourne Fitzroy. Lukisan abstrak berwarna cerah yang digantung berdampingan dengan karya pelukis terkenal, membuat para pemerhati lukisan tercengang. Mereka kaget karena di samping lukisan abstrak itu terdapat foto Aelita Andre dan penjelasan bahwa dialah yang pelukisnya.
Tak menunggu waktu lama, lukisannya pun dibeli pengunjung. Potensi yang dimiliki Aelita tidak disia-siakan penyelenggara pameran yang memberi kesempatan bocah ini berpameran tunggal. Dalam tempo singkat, Aelita memiliki penggemar yang terpaksa harus mengantre untuk bisa memiliki lukisan-lukisannya berharga ribuan dolar.
Orang Antre Membeli
Sejauh ini, bocah yang masih suka digendong oleh orangtuanya ini, telah menghasilkan 20 lukisan. Melihat kualitas karyanya, orang menyebut Aelita adalah bocah jenius. Namun tak sedikit yang mengeritik orangtuanya. Mereka dianggap terlalu memaksakan anaknya yang sebenarnya masih terlalu muda untuk dipaksa ‘bekerja’ dan menjadi ‘tambang emas’. Tapi orangtuanya menolak anggapan demikian, menurut mereka, melukis adalah hobinya.
Aelita belajar melukis sebelum bisa berjalan. Seperti anak-anak pada umumnya, pelajaran menggambar di kelompok bermain, menjadi kegiatan yang paling digemarinya. Di hadapan kertas putih, Aelita bisa menjadi sangat serius membentuk garis-garis yang dia inginkan. Bisa jadi bakatnya menurun dari kedua orangtuanya, Michael dan Nikka yang memang seniman. Suatu ketika, ayahnya meletakkan selembar kanvas dan sejumlah cat di lantai dan mengajari Aelita cara melukis dengan cat.
Bocah ini tampak begitu gembira, dan mulai melukis dengan jarinya yang telah dicelupkan pada cat. Michael membiarkan anaknya melakukan sekehendak hatinya pada kanvas itu. Lalu, Michael kembali meletakkan sebuah kanvas lain, dan Aelita pun dengan tekun melukisnya.
Michael begitu tercengang dengan hasil karya anaknya. Begitu hidup dan ekpresif, goresannya kuat. “Dia menyelesaikan lukisan akrilik pertamanya di atas kanvas saya. Sejak itu ia menjadi begitu ‘tergila-gila’ pada melukis. Setiap saat dia ingin melukis dan melukis,” ujar Michael. Di bawah bimbingan orangtuanya, bakat Aelita makin terasah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar